Mengungkap Mitos dan Fakta Seputar Investasi

duipee
Investasi di pasar modal telah menjadi bagian dari sejarah Indonesia sejak sebelum kemerdekaan. Meskipun sempat mengalami pasang surut pasca-kemerdekaan karena kondisi sosial politik yang tidak stabil, Bursa Efek Indonesia (sebelumnya Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya) kembali dibuka pada dekade 1970-an.

Terdapat kesamaan antara pasar modal Indonesia sebelum dan setelah kemerdekaan, yaitu akses terbatas bagi masyarakat dengan kondisi ekonomi menengah ke atas.

Karenanya, tak heran jika seiring dengan penyebaran fakta tentang investasi dan pasar modal ke masyarakat, muncul banyak mitos yang membuat orang enggan berinvestasi. Apa saja mitos tersebut? Simak pembahasannya di bawah ini:

1. Investasi Memerlukan Modal Besar


Mitos pertama yang perlu dipecahkan adalah anggapan bahwa investasi memerlukan modal besar. Meskipun pada masa lalu, investasi, terutama saham, membutuhkan modal puluhan juta rupiah, perkembangan teknologi dan inovasi Bursa Efek Indonesia (BEI) membuat mitos ini tak relevan lagi.

Sebelum tahun 2014, 1 lot saham setara dengan 500 lembar, membutuhkan setidaknya 4 juta rupiah untuk berinvestasi di saham BCA. Namun, setelah 2014, BEI mengubah 1 lot saham menjadi setara dengan 100 lembar, menjadikan investasi lebih terjangkau bagi masyarakat menengah ke bawah. Bahkan, ada wacana untuk membuat 1 lot saham setara dengan 1 lembar.

Kini, sudah banyak investasi yang hanya memerlukan modal kecil, seperti reksa dana, obligasi di pasar sekunder, efek beragun aset (EBA), dan lainnya, yang bisa dibeli hanya dengan Rp100.000.

2. Investasi Tidak Sulit


Keberadaan aplikasi teknologi finansial mempermudah investasi. Sebelumnya, Anda harus pergi ke bank atau perusahaan sekuritas untuk membuka rekening dan membeli efek, seperti saham atau reksa dana, dengan mengisi sejumlah dokumen.

Namun, sekarang investasi jauh lebih mudah. Dengan aplikasi di smartphone, Anda dapat membuat rekening dan membeli efek dalam kurang dari 1 hari. Bahkan, pelajar pun dapat memulai investasi menggunakan NPWP dan KTP orang tua.

3. Investasi Bukan Judi


Banyak yang menganggap investasi saham mirip dengan judi, dengan keuntungan yang sepenuhnya bergantung pada keberuntungan. Padahal, keduanya sangat berbeda. Perbedaan utama adalah adanya instrumen analisis dalam investasi, baik analisis pergerakan harga (teknikal) maupun kualitas bisnis (fundamental).

Investasi, kecuali pada jenis transaksi tertentu, legal di Indonesia, sementara judi tetap melanggar hukum. Inilah perbedaan kedua antara keduanya.

4. Risiko Investasi Bisa Dikelola


Risiko dan investasi memang tak terpisahkan, tetapi fakta investasi menyatakan bahwa risiko dibagi menjadi 3 tingkat: rendah, sedang, dan tinggi. Setiap instrumen investasi memiliki risiko sendiri.

Tugas seorang investor adalah memilih instrumen investasi sesuai dengan profil risikonya dan berusaha untuk meminimalkan risiko tersebut. Meskipun risiko tidak dapat dihilangkan sepenuhnya, memilih aset investasi yang aman dapat membantu menekan risiko kerugian.

5. Investasi Bukan Penipuan


Mitos bahwa investasi saham online adalah penipuan berkembang karena minimnya pengetahuan masyarakat. Pada dasarnya, investasi bukan penipuan selama tidak ada indikasi transaksi yang mencurigakan.

Investasi dianggap penipuan jika ditawarkan oleh perusahaan yang tidak terdaftar di OJK, menjanjikan keuntungan instan, dan melibatkan transaksi binary options. Oleh karena itu, penting untuk memahami investasi sebelum terlibat.

6. Investasi Bisa Dipahami oleh Semua Orang


Mitos investasi yang menyatakan sulit dipahami pada tingkat tertentu benar. Namun, dengan perkembangan teknologi, sumber pembelajaran investasi banyak tersedia, mulai dari konten audio visual di YouTube hingga podcast dan konten visual di Instagram.

Perkembangan teknologi juga memungkinkan penggunaan berbagai indikator teknis dan fundamental secara otomatis, mengurangi kesulitan untuk memahami investasi.

7. Investasi Bukan Hanya Instrumen Pasar Modal


Salah satu miskonsepsi adalah menganggap investasi hanya sebatas membeli instrumen pasar modal, terutama saham. Sebenarnya, investasi berarti mengorbankan sesuatu untuk mendapatkan keuntungan di masa depan.

Instrumen investasi bisa bermacam-macam, mulai dari produk pasar modal seperti saham, obligasi, dan reksa dana hingga produk pasar riil seperti emas atau rumah. Investasi juga dapat mencakup biaya untuk kursus dengan harapan meningkatkan peluang karir di masa depan.

8. Properti Bukan Solusi Investasi Tanpa Risiko


Banyak yang memandang properti sebagai instrumen investasi terbaik, tetapi dengan keuntungan besar juga datang risiko besar. Risiko tersebut melibatkan bencana alam, risiko pasar, dan sebagainya. Investasi properti membutuhkan modal besar dan kurang likuid, artinya penjualan mungkin memakan waktu lama.

Seiring dengan perkembangan industri investasi dan teknologi di Indonesia, mitos-mitos ini perlahan kehilangan relevansinya. Penting bagi investor untuk terus belajar dan memahami fakta di balik investasi agar dapat mengambil keputusan yang tepat.

عروة البارقي Tags
Pinjaman Dana Tunai .info