Sebagai investor, penting untuk mengenali profil risiko yang kita miliki. Profil risiko ini akan membantu kita dalam memilih instrumen investasi yang sesuai. Dalam dunia investasi, risiko yang dihadapi sebanding dengan potensi keuntungan yang mungkin diperoleh (high risk high return).
Salah satu istilah yang sering muncul ketika membicarakan tingkat risiko seorang investor adalah "risk averse". Apa sebenarnya arti dari risk averse dan instrumen investasi mana yang cocok untuk investor dengan profil risiko ini? Yuk, simak penjelasannya di bawah ini!
Secara sederhana, risk averse berarti menghindari risiko. Dalam investasi, risk averse mengacu pada investor yang cenderung mencari cara untuk meminimalkan risiko. Mereka bisa memilih instrumen investasi dengan tingkat risiko yang rendah atau bahkan enggan mengalokasikan dana besar sekaligus untuk investasi.
Istilah risk averse juga sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, saat kita berkendara motor. Orang yang memiliki sifat risk averse akan memilih untuk berkendara dengan kecepatan standar, menggunakan perlengkapan keselamatan, seperti helm, membawa SIM, dan STNK, meskipun jalanan sepi dan tanpa pengawasan polisi.
Dalam konteks investasi, investor risk averse akan menghindari instrumen dengan potensi kerugian besar, nominal pembelian yang tinggi, dan lebih fokus pada keamanan modal daripada meraih keuntungan. Mereka mempertimbangkan banyak faktor sebelum memulai investasi, dan seringkali disebut sebagai investor konservatif, risk averter, atau risk avoider.
Kebalikan dari risk averse adalah risk taker. Investor tipe risk taker adalah mereka yang berani mengambil risiko. Bahkan, beberapa dari mereka mungkin langsung berinvestasi tanpa pertimbangan yang matang. Namun, mereka paham bahwa untuk mendapatkan keuntungan besar, risiko besar juga harus dihadapi.
Dalam kehidupan sehari-hari, orang dengan sifat risk taker adalah mereka yang menikmati sensasi adrenalin saat berkendara motor dengan kecepatan tinggi tanpa perlengkapan keselamatan yang memadai.
Dalam konteks investasi, risk taker lebih memilih instrumen dengan potensi keuntungan besar, seperti saham, atau bahkan instrumen yang lebih berisiko seperti trading forex atau cryptocurrency. Mereka juga sering disebut sebagai investor dengan risiko agresif.
Kelebihan utama menjadi investor risk averse adalah merasakan perasaan aman dan nyaman karena menghindari risiko berlebih. Mereka tidak mudah terpancing oleh FOMO (Fear of Missing Out) dan keserakahan karena takut untuk membeli instrumen yang harganya terlalu tinggi. Mereka juga disiplin dalam mengikuti rencana investasi yang telah dibuat.
Namun, kekurangan menjadi risk averse adalah potensi keuntungan yang terbatas, dan seringkali mereka menunda-nunda untuk memulai investasi karena perlu mematangkan rencana investasi dan mengatasi rasa takut akan kerugian.
Jika Anda adalah seorang investor risk averse, jangan khawatir. Saat ini, ada banyak instrumen investasi risiko rendah yang dapat Anda pilih. Berikut beberapa di antaranya:
Investor risk averse sering kali dianggap bijak karena mereka mengutamakan keamanan dan pertimbangan matang dalam menghadapi dunia investasi. Berikut adalah alasan mengapa menjadi risk averse bisa menjadi pilihan bijak:
Meskipun menjadi risk averse memiliki sejumlah keuntungan, tetapi juga ada tantangan yang perlu dihadapi:
Menjadi seorang investor risk averse bukanlah tindakan yang kurang bijak. Sebaliknya, dengan memahami profil risiko dan memilih instrumen investasi yang sesuai, Anda dapat membangun portofolio yang aman dan sekaligus memberikan potensi keuntungan yang konsisten. Ingatlah selalu untuk terus melakukan riset, mengikuti perkembangan pasar, dan berkonsultasi dengan ahli keuangan untuk membuat keputusan investasi yang terinformasi. Dengan demikian, Anda dapat menikmati perjalanan investasi dengan lebih tenang dan yakin.
Salah satu istilah yang sering muncul ketika membicarakan tingkat risiko seorang investor adalah "risk averse". Apa sebenarnya arti dari risk averse dan instrumen investasi mana yang cocok untuk investor dengan profil risiko ini? Yuk, simak penjelasannya di bawah ini!
Pengertian Risk Averse
Secara sederhana, risk averse berarti menghindari risiko. Dalam investasi, risk averse mengacu pada investor yang cenderung mencari cara untuk meminimalkan risiko. Mereka bisa memilih instrumen investasi dengan tingkat risiko yang rendah atau bahkan enggan mengalokasikan dana besar sekaligus untuk investasi.
Istilah risk averse juga sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, saat kita berkendara motor. Orang yang memiliki sifat risk averse akan memilih untuk berkendara dengan kecepatan standar, menggunakan perlengkapan keselamatan, seperti helm, membawa SIM, dan STNK, meskipun jalanan sepi dan tanpa pengawasan polisi.
Dalam konteks investasi, investor risk averse akan menghindari instrumen dengan potensi kerugian besar, nominal pembelian yang tinggi, dan lebih fokus pada keamanan modal daripada meraih keuntungan. Mereka mempertimbangkan banyak faktor sebelum memulai investasi, dan seringkali disebut sebagai investor konservatif, risk averter, atau risk avoider.
Perbedaan Risk Averse dan Risk Taker
Kebalikan dari risk averse adalah risk taker. Investor tipe risk taker adalah mereka yang berani mengambil risiko. Bahkan, beberapa dari mereka mungkin langsung berinvestasi tanpa pertimbangan yang matang. Namun, mereka paham bahwa untuk mendapatkan keuntungan besar, risiko besar juga harus dihadapi.
Dalam kehidupan sehari-hari, orang dengan sifat risk taker adalah mereka yang menikmati sensasi adrenalin saat berkendara motor dengan kecepatan tinggi tanpa perlengkapan keselamatan yang memadai.
Dalam konteks investasi, risk taker lebih memilih instrumen dengan potensi keuntungan besar, seperti saham, atau bahkan instrumen yang lebih berisiko seperti trading forex atau cryptocurrency. Mereka juga sering disebut sebagai investor dengan risiko agresif.
Keuntungan dan Kerugian Menjadi Risk Averse
Kelebihan utama menjadi investor risk averse adalah merasakan perasaan aman dan nyaman karena menghindari risiko berlebih. Mereka tidak mudah terpancing oleh FOMO (Fear of Missing Out) dan keserakahan karena takut untuk membeli instrumen yang harganya terlalu tinggi. Mereka juga disiplin dalam mengikuti rencana investasi yang telah dibuat.
Namun, kekurangan menjadi risk averse adalah potensi keuntungan yang terbatas, dan seringkali mereka menunda-nunda untuk memulai investasi karena perlu mematangkan rencana investasi dan mengatasi rasa takut akan kerugian.
Pilihan Investasi Yang Cocok untuk Risk Averse
Jika Anda adalah seorang investor risk averse, jangan khawatir. Saat ini, ada banyak instrumen investasi risiko rendah yang dapat Anda pilih. Berikut beberapa di antaranya:
1. Investasi Deposito
Investasi deposito sangat cocok untuk investor risk averse karena:
2. Reksa Dana Pasar Uang
Reksa dana pasar uang adalah pilihan yang baik karena:
3. Emas
Investasi emas cocok untuk investor konservatif karena:
4. Reksa Dana Obligasi
Reksa dana obligasi, yang berfokus pada obligasi atau surat utang, cocok untuk investor risk averse karena:
5. Obligasi Negara
Investasi pada obligasi negara cocok untuk risk averse karena potensi keuntungan yang relatif besar dan jaminan pengembalian investasi.
6. Properti
Investasi dalam properti, seperti rumah atau apartemen, bisa menjadi pilihan baik untuk risk averse. Properti cenderung mengalami kenaikan nilai seiring berjalannya waktu dan dapat memberikan penghasilan pasif melalui penyewaan.
7. Surat Utang Korporat dengan Peringkat Tinggi
Jika Anda ingin memperoleh keuntungan dari instrumen obligasi, memilih surat utang korporat dengan peringkat tinggi dapat menjadi opsi. Meskipun imbal hasilnya mungkin tidak sebesar instrumen berisiko tinggi, namun keamanan modal lebih diutamakan.
8. Saham Dividen
Saham dividen dari perusahaan yang stabil bisa menjadi pilihan untuk mendapatkan pendapatan rutin. Dengan memilih saham dari perusahaan yang konsisten membayar dividen, investor risk averse dapat membangun portofolio yang memberikan keuntungan stabil.
Investasi deposito sangat cocok untuk investor risk averse karena:
- Dikelola oleh bank, tanpa perlu repot memilih emiten atau debitur.
- Mendapatkan keuntungan dalam bentuk suku bunga yang cenderung lebih besar dari pada bunga tabungan biasa.
- Dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), memberikan keamanan tambahan.
2. Reksa Dana Pasar Uang
Reksa dana pasar uang adalah pilihan yang baik karena:
- Sebagian besar alokasi investasinya pada instrumen pasar uang, seperti deposito atau obligasi pemerintah.
- Dikelola oleh manajer investasi, menghilangkan kebutuhan untuk memikirkan alokasi investasi sendiri.
- Harga pembelian yang terjangkau, mulai dari Rp10.000.
3. Emas
Investasi emas cocok untuk investor konservatif karena:
- Mudah dipegang dan memiliki nilai yang stabil.
- Harga emas cenderung naik, terutama dalam jangka menengah dan panjang.
- Dapat dimulai dengan nominal investasi yang rendah, mulai dari Rp10.000.
4. Reksa Dana Obligasi
Reksa dana obligasi, yang berfokus pada obligasi atau surat utang, cocok untuk investor risk averse karena:
- Tidak perlu mengelola investasi secara mandiri.
- Keuntungan berasal dari kupon, suku bunga, dan dividen sesuai alokasi investasi.
5. Obligasi Negara
Investasi pada obligasi negara cocok untuk risk averse karena potensi keuntungan yang relatif besar dan jaminan pengembalian investasi.
6. Properti
Investasi dalam properti, seperti rumah atau apartemen, bisa menjadi pilihan baik untuk risk averse. Properti cenderung mengalami kenaikan nilai seiring berjalannya waktu dan dapat memberikan penghasilan pasif melalui penyewaan.
7. Surat Utang Korporat dengan Peringkat Tinggi
Jika Anda ingin memperoleh keuntungan dari instrumen obligasi, memilih surat utang korporat dengan peringkat tinggi dapat menjadi opsi. Meskipun imbal hasilnya mungkin tidak sebesar instrumen berisiko tinggi, namun keamanan modal lebih diutamakan.
8. Saham Dividen
Saham dividen dari perusahaan yang stabil bisa menjadi pilihan untuk mendapatkan pendapatan rutin. Dengan memilih saham dari perusahaan yang konsisten membayar dividen, investor risk averse dapat membangun portofolio yang memberikan keuntungan stabil.
Mengapa Risk Averse Adalah Pilihan Bijak?
Investor risk averse sering kali dianggap bijak karena mereka mengutamakan keamanan dan pertimbangan matang dalam menghadapi dunia investasi. Berikut adalah alasan mengapa menjadi risk averse bisa menjadi pilihan bijak:
1. Perasaan Aman dan Nyaman
Sebagai seorang risk averse, Anda akan merasakan perasaan aman dan nyaman dalam menjalankan investasi. Kebijakan menghindari risiko berlebihan membantu Anda tidur nyenyak di malam hari, tanpa kekhawatiran yang berlebihan terkait fluktuasi pasar yang tajam.
2. Menghindari FOMO dan Keserakahan
Investor risk averse jarang terjebak dalam perangkap FOMO (Fear of Missing Out) atau keserakahan yang bisa mempengaruhi pengambilan keputusan. Mereka tetap disiplin pada rencana investasi mereka dan tidak terpengaruh oleh gejolak pasar yang bersifat sementara.
3. Perlindungan Terhadap Modal
Dengan fokus pada keamanan modal, risk averse dapat melindungi investasinya dari risiko besar dan potensi kerugian yang signifikan. Hal ini memberikan jaminan bahwa modal yang dimiliki tetap utuh, meskipun pasar mengalami volatilitas.
4. Rencana Investasi yang Matang
Investor risk averse cenderung membuat rencana investasi yang matang sebelum memasuki pasar. Mereka melakukan penelitian yang teliti, mempertimbangkan semua faktor risiko dan potensi keuntungan sebelum mengambil keputusan. Inilah yang membuat mereka mampu menghindari keputusan impulsif yang dapat merugikan.
Sebagai seorang risk averse, Anda akan merasakan perasaan aman dan nyaman dalam menjalankan investasi. Kebijakan menghindari risiko berlebihan membantu Anda tidur nyenyak di malam hari, tanpa kekhawatiran yang berlebihan terkait fluktuasi pasar yang tajam.
2. Menghindari FOMO dan Keserakahan
Investor risk averse jarang terjebak dalam perangkap FOMO (Fear of Missing Out) atau keserakahan yang bisa mempengaruhi pengambilan keputusan. Mereka tetap disiplin pada rencana investasi mereka dan tidak terpengaruh oleh gejolak pasar yang bersifat sementara.
3. Perlindungan Terhadap Modal
Dengan fokus pada keamanan modal, risk averse dapat melindungi investasinya dari risiko besar dan potensi kerugian yang signifikan. Hal ini memberikan jaminan bahwa modal yang dimiliki tetap utuh, meskipun pasar mengalami volatilitas.
4. Rencana Investasi yang Matang
Investor risk averse cenderung membuat rencana investasi yang matang sebelum memasuki pasar. Mereka melakukan penelitian yang teliti, mempertimbangkan semua faktor risiko dan potensi keuntungan sebelum mengambil keputusan. Inilah yang membuat mereka mampu menghindari keputusan impulsif yang dapat merugikan.
Tantangan yang Dihadapi oleh Investor Risk Averse
Meskipun menjadi risk averse memiliki sejumlah keuntungan, tetapi juga ada tantangan yang perlu dihadapi:
1. Potensi Keuntungan yang Terbatas
Salah satu kelemahan utama menjadi risk averse adalah potensi keuntungan yang terbatas. Karena cenderung memilih instrumen investasi yang lebih aman, return yang diperoleh mungkin tidak sebesar investor yang lebih agresif dalam mengambil risiko.
2. Penundaan dalam Memulai Investasi
Beberapa investor risk averse sering kali menunda-nunda untuk memulai investasi karena keinginan untuk mematangkan rencana secara menyeluruh. Hal ini dapat menyebabkan kehilangan peluang investasi yang dapat memberikan keuntungan jangka panjang.
3. Kecenderungan Terlalu Berhati-hati
Terlalu berhati-hati juga bisa menjadi tantangan. Jika berlebihan, hal ini dapat menghambat pertumbuhan portofolio investasi. Penting untuk menemukan keseimbangan yang tepat antara keamanan dan potensi pertumbuhan.
Salah satu kelemahan utama menjadi risk averse adalah potensi keuntungan yang terbatas. Karena cenderung memilih instrumen investasi yang lebih aman, return yang diperoleh mungkin tidak sebesar investor yang lebih agresif dalam mengambil risiko.
2. Penundaan dalam Memulai Investasi
Beberapa investor risk averse sering kali menunda-nunda untuk memulai investasi karena keinginan untuk mematangkan rencana secara menyeluruh. Hal ini dapat menyebabkan kehilangan peluang investasi yang dapat memberikan keuntungan jangka panjang.
3. Kecenderungan Terlalu Berhati-hati
Terlalu berhati-hati juga bisa menjadi tantangan. Jika berlebihan, hal ini dapat menghambat pertumbuhan portofolio investasi. Penting untuk menemukan keseimbangan yang tepat antara keamanan dan potensi pertumbuhan.
Menjadi seorang investor risk averse bukanlah tindakan yang kurang bijak. Sebaliknya, dengan memahami profil risiko dan memilih instrumen investasi yang sesuai, Anda dapat membangun portofolio yang aman dan sekaligus memberikan potensi keuntungan yang konsisten. Ingatlah selalu untuk terus melakukan riset, mengikuti perkembangan pasar, dan berkonsultasi dengan ahli keuangan untuk membuat keputusan investasi yang terinformasi. Dengan demikian, Anda dapat menikmati perjalanan investasi dengan lebih tenang dan yakin.